SELAMAT DATANG DI BLOG KU

Senin, 13 Mei 2013

Proses pembelajaran dan kemandirian belajar PTJJ

PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH
A.    PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN TINGGI JARAH JAUH
1.      Pengantar
Pembelajaran merupakan komponen pendidikan yang sangat besar perannya dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan sering sekali dikaitkan dengan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran yang tinggi diasumsikan akan menghasilkan mutu pendidikan yang tinggi pula. Meskipun sangat banyak silang pendapat mengenai istilah pembelajaran, tampaknya dapat disepakati bahwa dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa guru/dosen, perpustakaan, orang (nara sumber), internet, serta sumber lain yang relevan dengan bidang yang sedang dipelajari. Agar terjadi interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, harus ada fasilitasi yang memungkinkan peserta didik melakukan interaksi secara terarah dan interaktif. Untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, fasilitasi ini dilakukan oleh guru, sedangkan untuk tingkat pendidikan tinggi, fasilitasi tersebut dilakukan oleh dosen.
2.      Hakikat Pembelajaran di PTJJ
a)      Pengertian
Undang-Undang no 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan jarak jauh sudah diakui sebagai salah satu bentuk pendidikan. Namun masih banyak yang belum paham akan sistem pendidikan jarak jauh, sehingga muncul suara-suara miring yang memerahkan kuping para penyelenggara PTJJ, khusunya di tingkat pendidikan tinggi. Pada pikiran mereka yang mempunyai saudara atau teman yang menempuh pendidikan di Universitas Terbuka (UT), satu-satunya perguruan tinggi penyelengara PTJJ di Indonesia, ada anggapan bahwa untuk menempuh pendidikan (kuliah) jarak jauh hanya perlu registrasi, membeli bahan ajar, dan ujian. Mata rantai yang merupakan jantung pendidikan, yaitu proses pendidikan seolah-olah dilupakan.
Berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai standar nasional pendidikan (Pasal 31, ayat 1 dan 3). Sesuai dengan ayat tersebut, maka layanan belajar harus memungkinkan  peserta didik menguasai kemampuan yang ditetapkan dalam standar nasional jenjang serta program pendidikan yang dimaksud. Dengan demikian, pembelajaran dalam PTJJ harus mendapat perhatian yang sunguh-sunguh sehingga layanan belajar/fasilitas yang dirancang bagi mahasiswa benar-benar mampu membuat mereka belajar.





Pembelajaran di PTJJ dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berlangsung jarak jauh, kerena terpisahnya pendidik dengan peserta didik, mempersyaratkan kemandirian peserta didik, serta didukung oleh layanan belajar yang memadai. Tiga aspek utama dalam definisi tersebut yaitu:
1)      Aspek pertama, keterpisahan antara pendidik dengan peserta didik muncul karena sesuai dengan UU No 20, Pasal 31, Ayat (2), PTJJ memang melayani kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
2)      Aspek kedua, kemandirian, merupakan syarat yang semestinya dipenuhi oleh peserta didik di PTJJ, namun pada kenyataan, kadar kemampuan belajar mandiri ini sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh banyak faktor.
3)      Aspek ketiga, layanan belajar, berkaitan dengan tingkat kemandirian peserta didik. Pengelola PTJJ mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mengembangkan dan membina kemampuan belajar mandiri.
Pentingnya layanan belajar dalam PTJJ dapat ditinjau dari berbagai aspek berikut, sebagai yang dikemukakan oleh Simpson (2000).
1)      Dari segi retensi, (kemampuan bertahan), mahasiswa PTJJ umumnya mempunyai daya retensi yang rendah.
2)      Mulai banyaknya lembaga yang menyelenggarakan PTJJ membuat persaingan dalam menyediakan akses pendidikan jarak jauh bagi masyarakat meningkat.
3)      Mahasiswa yang belajar melalui PTJJ merupakan mahasiswa yang terisolasi, baik dari teman seangkatannya, maupun dari lembaga PTJJ sendiri, bahkan mungkin dari keluarganya.
4)      PTJJ yang hanya menyiapkan bahan belajar bagi mahasiswa sebenarnya menunjukkan otoritas lembaga tanpa memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih atau mengemukakan pendapat.
b)     Fungsi dan manfaat
Fungsi utama PTJJ adalah memberkan kesempatan mengikuti pendidikan formal bagi warga negara yang tidak mungkin mengikuti pendidikan tatap muka. Dengan perkataan lain, PTJJ berperan dalam memeratakan kesempatan belajar bagi seluruh warga negara, dimanapun mereka berada.
Hakikat pembelajaran di PTJJ yang unik tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu menjadikan mahasiswa sebagai pebelajar mandiri dan sepanjang hayat, yang merupakan salah satu aspek dalam tujuan utuh pendidikan nasional. Melalui belajar mandiri, peserta didik akan terlatih untuk berdisiplin dan bertanggung jawab, yang pada gilirannya akan memungkinkan dia menjadi pebelajar seumur hidup. Dengan demikian, di samping memenuhi fungsinya untuk memeratakan kesempatan belajar bagi seluruh warga negara, PTJJ juga dapat memfasilitasi terbentuknya kemampuan mandiri, serta kebiasaan berdisiplin dan bertanggung jawab.
3.      Modus Pembelajaran PTJJ
Pembelajaran jarak jauh, yang direalisasikan dalam bentuk layanan belajar, dapat diselenggarakan dalam berbagai modus. Layanan belajar ini pada dasarnya disebut sebagai tutorial, menurut Holmberg (1995) dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: (1) tutorial jarak jauh, (2) tutorial pelengkap yang merupakan konsultasi personal secara terjadwal di pos belajar, dan (3) tutorial residensial/ tatap muka yang terpusat untuk mata kuliah tertentu. Namun, dari modus penyelenggaraan, layanan belajar atau tutorial ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu jarak jauh dan tatap muka. Berikut ini uraiannya secara sekilas.
a)      Layanan Belajar Jarak Jauh
Jenis-jenis layanan belajar jarak jauh sebagai berikut:
1)      Layanan belajar secara tertulis yang disampaikan melalui koresponden. Bahan ajar cetak beserta berbagai panduan yang telah disiapkan disampaikan kepada mahasiswa. Bahan ajar ini pada umumnya berbentuk modul.
2)      Layanan belajar melalui multimedia. Bahan ajar cetak yang disediakan bagi mahasiswa dilengkapi dengan multimedia, seperti kaset audio, kaset video, Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK), atau media lainnya.
3)      Layanan belajar secara tersiar, baik melalui radio maupun televisi (TV). Penjelasan materi tertentu, pengumuman berbagai kegiatan, pembahasan tugas, atau kiat-kiat belajar terntentu disiarkan melalui radio atau TV.
4)      Layanan belajar melalui telepon. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kontak dengan para pendidik/dosen melalui telepon, sesuai dengan kesepakatan.
5)      Layanan belajar Online. Mempersyaratkan mahasiswa melek komputer, di samping mempunyai akses ke internet.

Rambu-rambu dalam memberikan layanan belajar jarak jauh:
1)      Memberikan petunjuk yang jelas tentang kompetensi yang harus dikuasai.
2)      Mencerminkan keakraban dan kehangatan, yang dapat direalisasikan dalam bentuk sapaan atau penguatan, sehingga mahasiswa termotivasi untuk mengerjakan atau petunjuk yang diberikan.
3)      Mendeskripsikan pengalaman belajar yang harus dilakukan mahasiswa untuk menguasai kompetensi tersebut.
4)      Jenis materi, media, serta fasilitas lain yang diperlukan dalam setiap pengalaman belajar.
5)      Cara mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan dan tindak lanjut apa yang harus dilakukannya setelah mengetahui tingkat keberhasilan tersebut.
b)     Layanan Belajar Tatap Muka
Layanan belajar tatap muka dibenarkan oleh, UU No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui pasal 31, penjelasan ayat 3 yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh mencakup pengorganisasian tunggal (modus tunggal), atau bersama tatap muka (modus ganda). Dalam memberikan layanan tatap muka, Simpson (2000) menekankan agar para pengelola PTJJ selalu mengingat adanya perbedaan antara layanan tatap muka mahasiswa PTTM dengan mahasiswa PTJJ. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:
1)      Dalam PTJJ, bahan ajar dapat diberikan terpisah dari layanan tatap muka.
2)      Mahasiswa PTJJ terpisah dari teman-temannya dan dari institusi PTJJ sendiri.
3)      Kualifikasi pendidikan dan kemampuan belajar mahasiswa PTJJ mungkin sangat rendah ketika mereka pertama kali mulai bergabung.
4)      Pertemuan tatap muka merupakan sesuatu yang tidak sering terjadi pada mahasiswa PTJJ.
5)      Mahasiswa PTJJ adalah mahasiswa yang “terisolasi”, dalam arti jarang bertemu dengan teman dari program studi yang sama.
6)      Mahasiswa yang mengikuti tutorial tatap muka mengharapkan jauh lebih banyak daripada yang diharapkan oleh mahasiswa PTTM kerena pertemuan tatap muka ini dapat merupakan sesuatu yang istimewa bagi mahasiswa PTJJ.
Layanan belajar tatap muka dapat dilakukan dalam bentuk tutorial dan konseling. Dilihat dari jenis kegiatan yang dilakukan, tutorial tatap muka dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu tutorial yang bersifat pengkajian substansi, serta tutorial yang lebih bersifat latihan dan penghayatan. Kedua jenis tutorial ini dapat dilakukan dengan layanan individual dan kelompok. Berikut ini akan diuraikan secara singkat:
1)      Tutorial yang Bersifat Pengkajian Substansif
Jenis ini difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk menguasai substansi materi mata kuliah yang lebih bersifat kognitif, termasuk yang bersifat keterampilan kognitif atau yang disebut oleh Gagne (1985) sebagai keterampilan intelektual.
2)      Tutorial yang Bersifat Latihan dan Penghayatan
Tutorial ini difokuskan pada pembentukan keterampilan serta sikap dan nilai.


4.      Berbagai Masalah dalam Proses Pembelajaran Jarak Jauh
Ditinjau dari segi pembentukan kemampuan, pendidikan jarak jauh lebih sering dikaitkan dengan kawasan kognitif. Artinya kemampuan yang dapat dicapai melalui pendidikan jarak jauh  adalah penguasaan pengetahuan. Hal ini terutama dikaitkan dengan alat ukur penguasaan pengetahuan tersebut yang sebagian besar  terdiri dari tes objektif.
Pada kenyataannya, program-program pendidikan yang ditawarkan melalui PTJJ, tidak jauh berbeda dengan program-program yang ditawarkan melalui PTTM. Oleh karena itu, kemampuan praktis seperti keterampilan yang memerlukan kegiatan praktek, serta penguasaan sikap dan nilai yang memerlukan penghayatan, semestinya juga dapat dicapai melalui PTJJ. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 31, ayat 3, yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh diselenggarakan dengan mengikuti standar nasional yang sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan.

B.     KEMANDIRIAN BELAJAR PADA PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH
1.      Konsep Kemandirian pada Pendidikan Jarak Jauh
Berbagai Ahli mencoba untuk mendefinisikan belajar mandiri. Berikut ini definisi belajar mandiri dari para ahli:
a)      Menurut Knowles (1975), belajar mandiri adalah suatu proses bagi seseorang untuk mengambil inisiatif, baik dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam melakukan diagnosa kebutuhan-kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan-tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai, dan mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri.
b)      Menurut Hiemstra (1998), belajar mandiri dilihat sebagai semua bentuk belajar individu yang memiliki tanggungjawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya.
c)      Menurut Clardy (1999), belajar mandiri merupakan suatu proses bagi mahasiswa untuk dapat memutuskan atau mengontrol langkah, arah, dan keadaan belajarnya.
 Menurut Candy (1991), ada empat dimensi dari belajar mandiri yaitu:
a)      Otonomi pribadi. Dimensi ini menunjukkan karakteristik individual dari orang yang mampu belajar mandiri. Orang yang memiliki kemandirian adalah orang bebas dari tekanan internal maupun eksternal; memiliki kumpulan nilai-nilai dan kepercayaan pribadi yang memberikan konsisten dalam kehidupannya.
b)      Manajemen diri. Dimensi ini menjelaskan adanya kemauan dan kapasitas dalam diri seseorang untuk mengelola dirinya. Kapasitas tersebut ditunjukkan  dengan adanya keterampilan atau kompetensi dalam diri orang yang mandiri.
c)      Meraih kebebasan untuk belajar. Dimensi ini menjelaskan tentang adanya kebutuhan individu untuk memperoleh kesempatan belajar. Dimensi ini menjelaskan bahwa orang dewasa memiliki kebutuhan untuk meningkatkan diri melalui belajar berbagai hal dalam kehidupan. Kebutuhan belajar dapat berupa kebutuhan informal, nonformal maupun kebutuhan belajar secra formal.
d)     Penguasaan pebelajar terhadap pembelajaran. Dimensi ini dihubungkan dengan peran siswa pada situasi belajar formal yang melibatkan cara mengorganisasi tujuan instruktional. Penjelasan dimensi ini dihubunkan dengan pengawasan guru mengenai hal-hal yang menjadi porsi dan pengawasan guru yaitu tujuan belajar, materi belajar, kecepatan belajar, langkah-langkah belajar, metodologi, dan evaluasi belajar.
2.      Pendapat tentang Pembentukan Kemandirian dalam Belajar
Ada berbagai pendapat tentang pembentukan kemandirian dalam belajar orang dewasa. Pendapat-pendapat tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a)      Kemandirian bersifat “unidimensional” (Candy, 1991). Menurut kelompok ini, kemandirian terbentuk melalui proses normal sesuai dengan perkembangan umur. Pada periode perkembangan umur tertentu yaitu perkembangan umur manusia dewasa, seseorang dianggap mampu mandiri dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bekerja. Ini berarti ia juga mampu mandiri dalam berbagai hal termasuk mandiri dalam belajar.
b)      Kemandirian dalam belajar tergantung pada kesempatan yang di berikan oleh lingkungan terhadap seseorang. Berdasarkan pendapat kelompok kedua, PJJ dapat dilihat sebagai suatu lingkungan yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mengembangkan kemampuan untuk belajar mandiri. Bagi orang tersebut, PJJ merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhannya untuk belajar yang tidak dapat dijangkaunya melalui pendidikan tatap muka, sekaligus sebagai lingkungan yang memungkinkan untuk melatih kemampuannya untuk belajar mandiri.
c)      Kemandirian bersifat multidimensional (Candy, 1991) dan dapat dikembangkan melalui berbagai cara. Sifat kemandirian yang multidimensional mempunyai arti bahwa kemandirian dipengaruhi oleh banyak hal dan aspek yang berbeda. Seseorang yang mampu mandiri dalam bekerja belum tentu mampu mandiri dalam belajar. Pendapat kelompok ketiga ini menjelaskan mengapa pada PJJ ada mahasiswa yang mampu mandiri dalam belajar, di sisi lain, banyak mahasiswa dewasa lain yang tidak mampu mandiri dalam belajar sehingga memutuskan putus sekolah.
3.      Dinamika Kemandirian dalam Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh
Kemandiri dalam belajar yang terbentuk karena kebutuhan seseorang untuk belajar. Adanya kebutuhan seseorang untuk belajar membuat seseorang berusaha keras untuk mempelajari materi yang diminatinya. Usaha yang dilakukan orang tersebut membantunya untuk meningkatkan potensi mandiri yang dimilikinya sebagai orang dewasa untuk mandiri dalam belajar.
Pembentukan kemandirian dalam belajar juga dapat terjadi karena interaksi dengan orang atau pihak lain maupun perlakuan yang diberikan oleh suatu pihak atau lembaga terhadap seseorang, dan pihak lain tersebut adalah lembaga penyelenggara PJJ. Sistem belajar pada lembaga PJJ memberikan perlakuan yang mendukung terbentuknya kemandirian dalam belajar. Pengembangan kemandirian dalam belajar dapat dilakukan baik melalui kesempatan mempelajari materi belajar atau modul yang dapat didesain dan dipelajari secara mandiri, maupun melalui kesempatan untuk belajar tentang cara belajar yang baik. Dalam hal ini, peran lembaga  PJJ adalah menyediakan berbagai materi belajar yang memberi kesempatan kepada seseorang untuk maupun mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Bagan dari Wright (1989) berikut ini menunjukkan bahwa mahasiswa di lembaga PJJ dapat mengembangkan diri melalui dua kegiatan belajar seperti berikut ini.
            Pengembangan diri menurut Wright, 1989 (dalam Asandhimitra,dkk)
·         Confidence: self-awaraness, aware of others, framework.
·         Competence organizatori, study skill
·         Knowledge
·         Understanding concept,principte
·         Knowledge Intellectual practikal
·         Behefs
·          
            Learning from the course                                Learning how to learn



Increased power  to atc
Increased power to atc
 




PERSONAL DEVELOPMENT THROUGH STUDYING THO COURSE
4.      Peran Lembaga Pendidikan Jarak Jauh
Kemandirian pada PJJ harus dilihat dengan kacamata yang berbeda dibandingkan dengan kemandirian secara umum. Bentuk kemandirian pada PJJ adalah kemandirian dalam belajar. Di satu sisi, PJJ merupakan tempat bagi orang yang memiliki kemampuan belajar mandiri tinggi untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Di sisi lain, PJJ menyediakan lingkungan yang memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengembangkan kemandirian dalam belajar melalui sistem pendidikan yang menyediakan berbagai materi yang dapat dipelajari secara mandiri dan melalui interaksi seseorang dengan lembaga PJJ.
Peran lembaga PJJ terhadap pengembangan kemandirian dalam belajar amat diperlukan mahasiswa, dan dapat dilakukan dengan berbagai cara, serta dengan mempertimbangkan dinamika kemandirian mahasiswa. Dengan cara tersebut, lembaga PJJ dapat memaksimalkan kinerja sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas.
Pertanyaan
Upaya apa yang dilakukan  PJJ untuk meningkatkatkan kemandirian dalam belajar?
Jawab
1.      PJJ melengkapi berbagai akses terhadap informasi bagi mahasiswanya dengan berbagai cara dan media. Semakin mudah dan fleksibel mahasiswa dapat akses informasi, maka semakin besar pula kesempatan bagi mahasiswa tersebut untuk mengembangkan kemampuan belajar mandirinya.
2.      Lembaga PJJ mendorong dan meningkatkan mahasiswa agar mempunyai karakter-karakter mandiri seperti yang diharapkan dalam sistem PJJ.
3.      Konseling untuk mahasiswa PJJ. Belajar mandiri bukan berarti tidak membutuhkan bantuan orang lain. Mahasiswa tetap membutuhkan informasi dari yang mereka anggap lebih ahli, misalnya ingin mengetahui bagaimana strategi belajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asandhimitra, dkk. 2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tian Belawati, dkk. 1999. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta: Universitas Terbuka.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar